Jumat, 06 Januari 2012

Tugas IBD "Bila Kita Menjadi Guru di Pelosok Nusantara" :D

Kondisi Geografis Kabupaten Asmat (Papua)

Batas Wilayah :
Utara Kabupaten Jayawijaya dan Kabupaten Yahukimo
Selatan Kabupaten Boven Digoel dan Kabupaten Mappi
Barat Kabupaten Mimika
Timur Laut Arafuru dan Kabupaten Mimika

Kabupaten Asmat didirikan pada tahun 2002 dengan berdasarkan pada Undang-Undang No. 26 Tahun 2002 Tentang Pembentukan Kabupaten Asmat, dengan beribukota di Distrik Agats. Letak geografis Kabupaten Asmat pada 4-7 Lintang Selatan (LS) dan 137-141 Bujur Timur (BT). Secara keseluruhan Kabupaten Asmat terbagi menjadi beberapa wilayah yang meliputi tujuh distrik, yaitu : Agats, Atsy, Pantai Kasuari, Sawaerma, Suator, Akat, dan Fayit. Walaupun masih baru berdiri, tetapi Kabupaten Asmat dalam hal budaya sudah lama dikenal dunia. Keterampilan mereka dalam membuat ukiran dan berbagai kebudayaan lain yang unik dalam kesenian yang telah menjadikan suku asmat begitu dikenal.

Wilayah Asmat berbatasan langsung dengan Kabupaten Jayawijaya dan Kabupaten Yahukimo di sebelah Utara, Kabupaten Mappi dan Laut Arafuru di sebelah Selatan, Kabupaten Mimika dan Laut Arafuru di sebelah Barat, serta Kabupaten Boven Digoel dan Kabupaten Mappi di sebelah Timur. Kabupaten yang luasnya 23.746 km2 ini memiliki karakteristik wilayah yang unik. Kaki Pegunungan Jayawijaya tampak membentengi sebagian daerah yang dahulu termasuk wilayah kabupaten Merauke ini. Di sisi lain, Laut Arafuru terbentang sepanjang garis pantai Asmat. Semua wilayah tersebut dipayungi oleh hijaunya hutan rimba tropis.

Keunikan yang lainnya adalah wilayah Kota Agats yang berdiri di atas tanah gambut. Kota Agats tidak memiliki jalan raya dan jalan dibangun di atas papan selebar trotoar. Untuk menjangkau distrik lain, masyarakat biasanya menggunakan canoe atau speed boat dengan biaya sewa yang cukup mahal. Masyarakat Asmat hanya mengandalkan air hujan sebagai sumber air untuk keperluan sehari-hari. Karena wilayahnya yang berbatasan dengan Laut Arafuru dan dikelilingi kaki pegunungan Jayawijaya, membuat Kabupaten Asmat hanya bisa dijangkau oleh transportasi air dan udara saja. Jalur tercepat mencapai Asmat adalah dengan menggunakan pesawat. Akan tetapi penerbangan ke Asmat sangat bergantung pada kondisi cuaca. Penerbangan ke Asmat (Bandara Ewer) dapat ditempuh dari Merauke atau Timika dengan pesawat Twin Otter Merpati. Sesampainya di Bandara Ewer, perjalanan dilanjutkan melalui laut menggunakan speed boat sekitar 20 menit ke Agats. Jalur alternatif lainnya dengan menggunakan speed boat selama empat jam (dari Timika), atau dengan kapal selama 36 jam (dari Merauke). Jalur alternatif inilah yang sering dipakai oleh tim auditor BPK yang melakukan pemeriksaan di Kabupaten Asmat karena ketidakpastian jalur udara.

Seni pahatan Asmat yang sudah dikenal dunia dan ukir-ukiran kayunya yang khas telah mengangkat nama Asmat. Masyarakat Asmat secara turun temurun memang menekuni seni yang dulunya digunakan sebagai pelengkap upacara saja. Berbeda dengan penduduk Papua pedalaman yang makanan utamanya umbi umbian, makanan pokok orang asmat adalah sagu. Sagu memang banyak tersebar di hutan di daerah ini. Ketergantungan suku asmat pada hutan terlihat dari kehidupan sehari-harinya yang memang menggunakan bahan-bahan dari hutan, seperti sagu, kayu besi untuk bahan bangunan, perahu, dan media memahat. Sebenarnya, hutan tidak sekedar menghasilkan kayu semata tetapi juga menghasilkan hasil hutan non kayu seperti gaharu, kemiri, damar dan rotan.

Sektor lain yang cukup berpotensi, yakni perikanan. Dari 23 distrik di Kabupaten Asmat pada masa sebelum pemekaran, hanya tujuh distrik yang berbatasan langsung dengan Laut Arafuru. Selanjutnya, setelah pemekaran, lima distrik di tepi Laut Arafuru menjadi wilayah Kabupaten Asmat. Ini merupakan peluang emas untuk mengembangkan sektor perikanan. Produksi perikanan yang dihasilkan seperti ikan kakap, cucut, kepiting, udang, teripang, dan cumi-cumi. Potensinya cukup melimpah mengingat Laut Arafuru merupakan salah satu wilayah penangkapan ikan di Indonesia. Dari banyak jenis ikan tersebut diperkirakan hasilnya mencapai 86.438 ton, dan senilai Rp. 264,09 miliar.

Jumlah ini bisa dihasilkan karena merupakan effect positif dari banyaknya keluarga nelayan pada Kabupaten Asmat. Sebanyak 5.284 keluarga disana adalah nelayan penuh. Selain itu dukungan 2.034 perahu tanpa mesin dan 37 unit perahu temple, serta 5 unit perahu motor dengan mesin semakin menambah jumlah hasil petani ikan dan nelayan tersebut. Selain bidang perikanan, Kabupaten Asmat juga mempunyai potensi yang cukup besar di bidang perkebunan, perhutanan, dan peternakan. Bidang perkebunan di Kabupaten Asmat banyak didominasi oleh perkebunan kelapa yang mencapai hampir 94,06% atau 95 Ha, dan sisanya adalah Kakao sebanyak 6 Ha. Daerah perkebunan terbesar terdapat di distrik Sawa Erna dengan produksi mencapai 33.500 kg dari total 50.300 kg pada tahun 2003. Sedangkan untuk sektor peternakan, populasi ternak babi pada Kabupaten Asmat mencapai 1.931 ekor dan kambing 259 ekor pada tahun 2005. Selain itu terdapat juga budidaya unggas berupa itik dan ayam buras yang mencapai 278 ekor pada tahun yang sama.

Dalam pelaksanaan pemeriksaan audit di Kabupaten Asmat, Auditor BPK mengalami beberapa hambatan dalam melaksanakan tugas. Hambatan-hambatan tersebut meliputi : Kondisi alam yang ektrim dan beragam, listrik yang hanya menyala normal 6 jam setiap hari (mulai pukul 18.00 sampai 24.00), transportasi yang sulit, komunikasi selluler yang tidak baik, tidak ada mesin fax di Kantor Kabupaten, serta sumber air bersih hanya dari tadah hujan.
Sumber: http://jayapura.bpk.go.id/web/?page_id=1008

Suku Yang Berada di Kabupaten Asmat 


- Suku Unisirau
- Suku Bisman
- Suku Kaimao
- Suku Safa
- Suku Braza
- Suku Jeorat



Kebiasaan Sehari-hari Penduduk Kabupaten Asmat (Suku Asmat)

Suku asmat adalah sebuah suku di papua. suku asmat dikenal dengan hasil ukiran kayunya yang unik. populasi suku asmat terbagi dua yaitu mereka yang tinggal di pesisir pantai dan mereka yang tinggal di bagian pedalaman. kedua populasi ini saling berbada satu sama lain dalam hal cara hidup,sturktur sosial dan ritual.populasi pesisir pantai selanjutnya terbagi kedalam dua bagian yaitu suku bisman yang berada di antara sungai sinesty dan sungai nin serta suku simai.

Ada banyak pertentangan di antara desa asmat. yang paling mengerikan adalah cara yang dipakai suku asmat membunuh musuhnya. ketika musuh bunuh, mayatnya dibawa kekampung, kemudian dipotong dan dibagikan kepada seluruh penduduk untuk memakan bersama. mereka menyanyikan lagu kematian dan memenggal kepalanya. otaknya dibunngkus daun sago dan dipanggang kemudian dimakan.

sekarang biasanya di satu kampung dihuni kira-kira 100 sampai 1000 orang. setiap kampung punya satu rumah bujang dan banyak rumah keluarga. rumah bujang dipakai untuk upacara adat dan upacara keagamaan. rumah keluarga dihuni oleh dua sampai tiga keluarga, yang mempunyai kamar mandi dan dapur sendiri.

suku asmat meiliki cara yang sangat sederhana untukmerias diri mereka. mereka hanya membutuhkan tanah merah untuk menghasilkan warna merah. untuk menghasilkan warna putih mereka membuatnya dari kulit kerang yang sudah dihaluskan. sedangkan warnah hitam mereka hasilkan dari arang kayu yang dihaluskan. cara menggunakan pun cukup simpel, hanya dengan mencampur bahan tersebut dengan sedikit air, pewarna itu sudah bisa digunkan untuk mewarnai tubuh.
selain budaya, penduduk kampung syuru juga amat piawai membuat ukiran seperti suku asmat umumnya.
ukiran bagi suku asmat bisa menjadi penghubung antara kehidupan masa kini dengan kehidupan leluhur. di setiap ukiran bersemayam citra dan penghargaan atas nenek moyang mereka yang sarat dengan kebesaran suku asmat.
patung dan ukiran umumnya mereka buat tanpa sketsa. bagi suku asmat kala menukir patung adlah saat di mana mereka berkomunikasi dengan leluhur yag ada di alam lain. itu dimungkinkan karena mereka mengenal tiga konsep dunia: Amat ow capinmi (alam kehidupan sekarang), Dampu ow campinmi (alam pesinggahan roh yang sudah meninggal), dan Safar (surga).
percaya sebelum memasuki dusurga< arwah orang sudah meninggal akan mengganggu manusia. gangguan bisa berupa penyakit, bencana bahkan peperangan. Maka, demi menyelamatkan manusia serta menebus arwah, mereka yang masih hidup membuat patung dan mengelar pesta seperti pesta patung bis (Bioskokombi), pesta topeng, pesta perahu, dan pesta ulat ulat sagu.

konon patung bis adalah bentuk patung yang paling sakral. namun kini membuat patung bagi suku asmat tidak sekadar memenuhi panggilan tradisi. sebab hasil ukiran itu juga mereka jual kepada orang asing di saat pesta ukiran. mereka tahu hasil ukiran tangan dihargai tinggi antara Rp. 100 ribu hingga jutaan rupiah diluar papua.
Sumber: http://id.shvoong.com/social-sciences/sociology/1893522-suku-asmat/

Mata Pencaharian Suku Asmat

Kebiasaan bertahan hidup dan mencari makan antara suku yang satu dengan suku yang lainnya di wilayah Distrik Citak-Mitak ternyata hampir sama. suku asmat darat, suku citak dan suku mitak mempunyai kebiasaan sehari-hari dalam mencari nafkah adalah berburu binatang hutan separti, ular, kasuari, burung, babi hutan, komodo dll. mereka juga selalu meramuh / menokok sagu sebagai makan pokok dan nelayan yakni mencari ikan dan udang untuk dimakan. kehidupan dari ketiga suku ini ternyata telah berubah.
Sumber: http://id.shvoong.com/social-sciences/sociology/1893522-suku-asmat/

Rencana Kerja Selama Menjadi Guru di Kabupaten Asmat
Selama saya menjadi guru di kabupaten Asmat, saya akan mengajarkan mereka tentang hal yang belum mereka ketahui dan mengajarkan mereka tentang hal-hal yang boleh dilakukan dan tidak boleh dilakukan seperti kebiasaan suku asmat yang suka membunuh musuh dan memakannya, saya akan memberi tahu kalo hal yang mereka lakukan tersebut salah dan tidak pantas untuk dilakukan. Suku Asmat dikenal dengan hasil ukiran kayunya. Dengan ini saya akan mengajarkan mereka cara berbisnis untuk meningkatkan perekonomian mereka yaitu dengan membuat ukiran yang bagus dengan bentuk yang unik dan dijual atau dipasarkan mulai dari daerah Asmat, Papua, Seluruh pelosok Nusantara bahkan mancanegara.
Cara saya mengajar mereka agar mereka bisa berubah seperti yang saya harapkan, saya akan menunjukkan video rekaman atau sumber terpercaya untuk diperlihatkan kepada mereka kalo hal yang mereka lakukan sudah benar atau tidak seperti membunuh musuh dan memakannya. Saya akan membawa rekaman berita Sumanto si pemakan manusia yang ditangkap akibat memakan manusia. Dengan rekaman seperti itu mereka dapat mengerti kalo mereka melakukan hal seperti itu mereka dapat dihukum atau diberi sanksi oleh negara atau pemerintah.

Hasil Yang Diharapkan Setelah Menjadi Guru di Kabupaten Asmat
Yang saya harapkan buat masyarakat kabupaten Asmat agar mereka tidak lagi melakukan hal yang tidak boleh dilakukan seperti membunuh musuh dan memakannya itu dan juga agar mereka bisa mengembangkan bisnis ukiran kayu mereka mulai dari kabupaten mereka sendiri hingga ke seluruh pelosok Nusantara bahkan Mancanegara dan untuk diri saya sendiri ini menjadi suatu pengalaman yang dapat membuat wawasan saya bertambah luas dan cara berinteraksi dengan orang atau suku yang baru pertama kali kita kenal.